Kamis, 04 Oktober 2012

PERAN TEKNOLOGI INFORMASI BAGI DUNIA PENDIDIKAN

    Dewasa ini, hampir semua bidang dalam kehidupan ini sudah tersentuh oleh teknologi informasi dan komunikasi. Dari mulai bidang ekonomi, perdagangan, pertahanan keamanan, bidang sosial, termasuk bidang pendidikan.. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah berkembang pesat saat ini dan telah merevolusi cara hidup manusia, baik cara berkomunikasi, cara belajar, cara bekerja, cara berbisnis, dan lain sebagainya. Era informasi memberikan ruang lingkup yang sangat besar untuk mengorganisasikan segala kegiatan melalui cara baru, inovatif, instan, transparan, akurat, tepat waktu, lebih baik, dan tentunya memberikan kenyamanan yang lebih dalam mengelola dan menikmati kehidupan. Dan salah satu manfaat yang saat ini dirasakan oleh masyarakat luas dan juga kita rasakan sebagai civitas academica adalah adanya perbaikan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia karena ditunjang berbagai fasilitas yang sebagian besar memanfatkan teknologi informasi dan komunikasi.
            Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) hadir sebagai bentuk tanggapan terhadap perubahan lingkungan luar dunia pendidikan, mulai lingkungan sosial, ekonomi, teknologi, sampai politik, yang mengharuskan dunia pendidikan memikirkan kembali bagaimana perubahan tersebut mempengaruhinya. Dengan hadirnya TIK, penyebaran informasi menjadi semakin cepat. Cepatnya penyebaran informasi ini, telah mengubah pola pikir manusia sebagai bentuk respon terhadap cepatnya penyebaran informasi tersebut. Tren yang tidak kalah populernya adalah tren E-learning, yang menawarkan cakrawala baru proses belajar mengajar, dimana sistem konvensional tatap muka dapat digantikan dengan metode pembelajaran jarak jauh (distance learning) maupun virtual class.
            Jika kita mencoba telaah lebih dalam lagi, sejauh mana intervensi TIK dalam sektor pendidikan, akan timbul sebuah pertanyaan, yaitu bagaimana sebenarnya TIK telah mereformasi atau memodernisasikan pendidikan, sehingga kualitas dan mutu pendididkan bisa lebih baik dibandingkan dengan pendidikan dengan metode konvensional? Menurut Resnick (2002) ada tiga hal penting yang harus dipikirkan ulang terkait dengan modernisasi pendidikan: (1) bagaimana kita belajar (how people learn); (2) apa yang kita pelajari (what people learn); dan (3) kapan dan dimana kita belajar (where and when people learn). Dengan mencermati jawaban atas ketiga pertanyaan ini, dan potensi TI yang bisa dimanfaatkan seperti telah diuraikan sebelumnya, maka peran TI dalam moderninasi pendidikan bangsa dapat dirumuskan.
            Terkait dengan bagaimana cara belajar, dan metode apa yang seharusnya digunakan dalam proses pembelajaran, dewasa ini proses pembelajaran seharusnya tidak sepenuhnya bergantung kepada guru lagi (teacher centered) tetapi seharusnya lebih terpusat kepada peserta didik (student-centered). Guru juga tidak lagi dijadikan satu-satunya rujukan semua pengetahuan tetapi lebih sebagai fasilitator(Resnick, 2002). Intervensi yang bisa dilakukan TI dalam model pembelajaran ini sangat jelas dan kehadiran e-learning dengan semua variasi tingkatannya telah memfasilitasi perubahan ini.
            Secara umum, intervensi e-learning dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua: komplementer dan substitusi. Intervensi komplementer mengandaikan bahwa cara pembelajaran dengan pertemuan tatap-muka masih berjalan tetapi ditambah dengan model interaksi berbantuan TI, sedang intervensi substitusi mengandaikan bahwa sebagian besar proses pembelajaran dilakukan berbantuan TI. Saat ini, regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah juga telah memfasilitasi pemanfaatan e-learning sebagai substitusi proses pembelajaran konvensional. Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 107/U/2001 dengan jelas membuka koridor untuk menyelenggarakan pendidikan jarak jauh di mana e-learning dapat masuk memainkan peran.
            Selanjutnya, terkait dengan apa yang harus dipelajari, menurut Resnick, dewasa ini dengan adanya internet yang dapat memfasilitasi pembelajaran, seharusnya paradigma ”apa yang harus dipelajari” dapatt diganti dengan ”apa yang dapat dipelajari”. Dimana para peserta didik dapat membentuk atau bergabung dalam learning society yang dapat membantu dan memfasilitasi mereka jika dalam prose pembelajaran,ada hal-hal yang ingin di share atau ada hal-hal yang tidak diketahui.
            Dan terkait dengan pertanyaan terkahir, yaitu kapan dan dimana kita belajar, seperti yang telah kita ketahui juga, dewasa ini, model pembelajaran konvensional sebagian telah tergantikan dengan model pembelajaran jarak jauh dengan berbagai variannya. Lalu timbullah suatu pertanyaan, apakah model pembelajaran jarak jauh ini terbukti lebih efektif dan kualitas pembelajaraannya lebih baik jika dibandingkan dengan metode konvensional? Hal inilah yang memicu munculnya suatu inovasi yang sangat membantu dalam proses pembelajaran khususnya metode pembelajaran non-konvensional, yaitu Learning Management System (LMS). LMS ini mengintegrasikan banyak fungsi yang mendukung proses pembelajaran seperti menfasilitasi berbagai macam bentuk materi instruksional (teks, audio, video), e-mail, chat, diskusi online, forum, kuis, dan penugasan. Beberapa contoh LMS yang sudah sering digunakan adalah WebCT (www.webct.com), Blackboard (www.blackboard. com), Macromedia Breeze (www.macromedia.com/software/breeze/) dan Fronter (www.fronter.no).          
            Ada beberapa kelemahan dalam pemanfaatan TIK diatas, maka dibuatlah suatu prinsip-prinsip yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penerapan TIK untuk pengembangan pendidikan, sehingga diharapkan kelemahan dan permasalahan atas pemanfaatan TIK dapat diselesaikan, prinsip-prinsip itu adalah :
a. Universal Access and Services Obligation
b. Resource Sharing
c. Local Content Product
d. Low Cost Access and Services
e. Standard Integrated System
f. Self Sustainability
g. Tranparancy and Accountable System

           
            Beberapa hal yang menjadi aspek penting dan dapat pula menjadi hambatan, sehingga perlu ditekankan kembali, dalam pemanfaatan TIK dalam sektor-sektor atau bidang-bidang kehidupan, khususnya dalam hal ini pada sektor pendidikan, aspek capability & finance adalah dua aspek yang harus kita sorot dan perhatikan lebih mendalam. Analisis dan pemahaman terhadap potensi-potensi apa saja yang ditawarkan TIK dan apa akibat yang bisa ditimbulkan dari potensi tersebut, sangatlah dibutuhkan, melihat sampai saat ini, masih banyak terdapat kelemahan-kelemahan dan kritik-kritik dari pemanfaatan TIK, yang nantinya bukan memberikan dampak positif pada sektor pendidikan seperti yang dijanjikan, tetapi memberi dampak negatif.
            Agar dunia pendidikan Indonesia dapat lebih berkembang dan maju, sudah seharusnya pemerintah dengan adanya JARDIKNAS dan ICT Center, membuka akses seluas-luasnya terhadap informasi yang berkaitan dengan pendidikan dan memberikan kesempatan bagi seluruh anak Indonesia untuk mengikuti pendidikan yang layak dan berkualitas, serta memberikan empowerment (kendali penuh) kepada para peserta didik dalam proses pembelajaran, dengan memberlakukan Student Centered Learning/ eLearning.

http://staff.blog.ui.ac.id/harrybs/2009/04/22/peran-teknologi-informasi-dan-komunikasi-di-sektor-pendidikan-indonesia/ diambil 5 Oktober 2012

Rabu, 03 Oktober 2012

BELAJAR DI AWAN VERSI E-LEARNING...


Beberapa tahun lalu, Katon Bagaskara pernah menciptakan sebuah lagu yang berjudul NEGERI DI AWAN. Dewasa ini muncul pembelajaran di awan..versi e-learning. Cek it out..

        Banyak pakar pendidikan memberikan definisi mengenai E- Learning , seperti yang dipaparkan oleh Siahaan (2004) dalam ”Penerapan E-Learning Dalam Pembelajaran” (Yani : 2007) bahwa E-Learning  merupakan suatu pengalaman belajar yang disampaikan melalui teknologi elektronika. Secara utuh E-Learning (pembelajaran elektronik) dapat didefinisikan sebagai upaya menghubungkan peserta didik/siswa  dengan sumber belajarnya (database, pakar/instruktur, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan namun dapat saling berkomunikasi, berinteraksi atau berkolaborasi secara langsung dan secara tidak langsung. E-Learning merupakan bentuk pembelajaran/pelatihan jarak jauh yang memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informasi , misalnya internet, video/audio broadcasting, video/audio conferencing, CD-ROOM.
        Munir (2009:170), Suyanto (2005:2) mengungkapkan beberapa karakteristik e-learning, yakni: “ Memanfaatkan teknologi, menggunakan media komputer, pendekatan mandiri, tersimpan di media komputer, otomatisasi proses pembelajaran”. Masing-masing karakteristik diuraikan sebagai berikut:
1.   Memanfaatkan jasa teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi yang digunakan dapat berupa internet sehingga penyampaian pesan dan komunikasi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, dan guru dengan guru dapat dilakukan secara mudah dan cepat.
2.   Memanfaatkan media komputer seperti jaringan komputer (computer networks atau digital media).
3.   Menggunakan pendekatan pembelajaran mandiri. Dengan menggunakan e-learning, siswa dituntut untuk melepaskan ketergantungannya terhadap guru karena pembelajaran tidak dilakukan secara langsung. Dabbagh (2007) menjelaskan online learner harus memiliki kemampuan learn how to learn, memiliki disiplin, mampu memonitor perkembangannya sendiri, mampu memotivasi diri, dan mampu memanajemen diri. Intinya, dengan menggunakan e-learning siswa dituntut untuk dapat mengorganisir dirinya sendiri dalam belajar. Oleh karena itu guru harus dapat mendesain e-learning yang dapat memotivasi siswa. Menurut Allen (2007) memotivasi siswa dalam e-learning dapat dilakukan melalui konteks, tantangan, aktivitas yang bervariasi, dan umpan balik yang  membangun.
4.   Materi pembelajaran dapat disimpan di komputer.
5.   Memanfaatkan komputer untuk proses pembelajaran dan juga mengetahui hasil kemajuan belajar, administrasi pendidikan, serta untuk mengetahui informasi yang banyak dari berbagai sumber informasi.
  
        Program pendidikan yang bisa diakses oleh siapa saja (anyone),
kapan saja (anytime), dan dimana saja (anywhere) adalah untuk
melengkapi program pendidikan konvensional berbasis tatap muka,
dengan tujuan untuk meningkatkan akses dan mutu pendidikan
secara keseluruhan. Jadi..belajar tidak lagi hanya di kelas, walau ada
jarak, ruang dan waktu yang memisahkan..pembelajaran dapat tetap
dilakukan..



Dari berbagai sumber....